Wednesday, February 13, 2013


THE SPIRIT OF JAVA

Kalo sebelum ini aku pernah cerita tentang salah satu hotel yang ada di Solo, kali ini aku akan cerita tentang perjalananku selama di Solo. Dengan mengambil waktu selama 4 hari 3 malam, cukup untukku menjelajahi kota ini lagian kan sebelumnya aku juga udah pernah kesini. Setelah booking tiket dengan Sriwijaya Air selanjutnya aku mulai browsing hotel seperti biasa. Rasanya kali ini aku ingin nyoba hotel lain deh...setelah berkali-kali browsing mondar-mandir di booking.com dan agoda, akhirnya aku putusin untuk nginep di Ibis Solo. Lewat booking.com aku pilih Ibis karena dapet diskon yang lumayan banyak. Untuk 4 hari 3 malam aku cuman dikenain harga Rp. 750.000,- , walaupun itu tanpa breakfast...lagian sapa yang butuh breakfast  hotel selama di Solo secara Solo terkenal dengan kulinernya...

Abis semua tugas selesai dan buat itinerarynya. tinggal nunggu hari H nya. Akhirnya hari yang ditunggu tiba, walaupun sempet delay 1 jam tapi sesampenya di Solo sekitar jam 18.00an langsung disambut dengan ujan yang lebat. Setelah mengantri di loket taxi dan mendapatkan nomor urutnya akhirnya aku ngantri nunggu taxiku dateng. Sebenernya jarak dari bandara ke hotel Ibis gak terlalu jauh tapi mereka menetapkan tarif sebesar Rp. 60.000,- , cukup mahal untuk ukuran kota sekecil itu dan tarif taxi yang masih murah disitu.

Hotel Ibis berada di Jl. Gajah Mada yang merupakan kawasan yang cukup ramai. Berdampingan dengan Hotel Ibis terdapat Hotel Novotel dan Grand Orchid. Setelah selesai Check-in aku langsung menuju ke kamar. Kamar dengan desain minimalis yang gak terlalu besar dengan dominasi warna merah...very cute and also clean...tapi walaupun minimalis isinya maksimal lho...seperti biasa di sisi kanan adalah rest room dengan shower, wastafel, closet dan hair dryer. Lalu memasuki kamar di sebelah kanan disediakan rak built-in untuk menempatkan bagasi dan baju gantung, ditengah ruang ditempatkan tempat tidur dengan meja kecil di kanan-kirinya dengan lampu baca yang menempel di dinding. Dari depan tempat tidur di letakkan rak built-in untuk menempelkan tv layar datar yang terbilang cukup kecil sedangkan di bawahnya dijadikan untuk meletakkan brosur ataupun majalah. Di sisi kanan tempat tidur dibuatlah tempat duduk panjang dengan jok warna merah tua yang menyambung dengan semacam meja kerja lengkap dengan kursi dan lampunya disertai dengan electric kettle beserta saudara-saudaranya yaitu teh, kopi, gula dan creamer.

Ingin rasanya langsung rebahan ngeliat kamar kayak gitu tapi perutku sudah nge-Jazz dari tadi. Padahal tadinya berencana untuk cari kuliner malam karena udah ngebayangin pasti rame karena hari itu malam minggu. Tapi karena masih ujan akhirnya aku makan Nasi Padang dulu deh yang ada di depan hotel. Jauh-jauh pergi kok lagi-lagi Naspad hehehe judulnya kephephet...untungnya gak lama setelah makan ujan pun reda akhirnya kuputuskan untuk coba jalan-jalan di sekeliling hotel sambil nyoba nyari Warung Susu "Shi Jack" yang katanya gak jauh dari hotel. Sebenernya begitu keluar dari hotel banyak becak yang parkir tapi karena setelah di tanya-tanya mereka mematok harga yang cukup mahal akhirnya kuputuskan untuk jalan kaki aja.

Melewati satu perempatan yang gak jauh dari hotel lalu berjalan +/- 300 m...naahh ketemu deh tuh "Shi Jack". Warung yang cukup besar dan rupanya paling terkenal di kota Solo ini cukup bersih. Dengan sajian menu susu yang menggunakan nama-nama yang lucu cukup menghangatkan badan terutama selepas ujan malam itu. Di tengah-tengah mereka menempatkan meja panjang untuk meletakkan piring-piring plastik yang berisi cemilan seperti gorengan atau nasi yang dibungkus kecil dengan beberapa jenis sate yang buatku lumayan cukup asing karena di Jakarta gak pernah liat. Kisaran harga dari Rp.3.000,- - Rp. 11.000,- rasanya gak mahal ya. Mission accomplished for today..dan aku putuskan untuk kembali ke hotel karena udah malam juga..

Rencana mau bangun pagi ternyata cuman mimpi. Dengan mata yang masih berat aku akhirnya mandi dan beres-beres barang yang mau dibawa untuk trip hari ini. Tapi ternyata walaupun rasanya kita udah coba nyiapin segalanya ternyata bisa aja gak berjalan seperti rencana kita itu ya..kayak sewa mobil yang memang udah di booking dari Jakarta ternyata pagi itu aku dapat kabar kalo mobil yang dipesan gak bisa dateng..waahh bisa gagal niy rencana hari ini...untungnya memang aku buat Itinerary sesuai dengan harinya, maksudnya karena hari itu hari Minggu aku putuskan untuk keliling di dalam kota Solo aja karena kalo keluar kota takutnya padat, sedangkan hari Senin adalah hari yang pas untuk keluar kota karena itu adalah hari kerja. Jadi untuk keliling kota hari itu akhirnya aku putuskan untuk pesan taxi dari hotel aja.

Gak sampe 15 menit taxinya dateng. Ada dua jenis taxi di Solo yaitu taxi dengan mobil sedan dan mobil MPV seperti Avanza / Xenia. Tapi taxi disini gak semahal di Jakarta jadi gak perlu khawatir. Nyari sarapan itu tujuan pertamaku hehehe kali ini aku mau makan Timlo. Timlo adalah makanan berkuah bening hangat yang berisi ampela, risol, telor bacem dsb dan bisa di makan dengan nasi. Timlo yang terkenal di sana adalah Timlo Sastro di Pasar Gede dan Timlo Maestro. Bedanya Timlo Sastro porsinya lebih besar hanya kalo aku pribadi gak saranin untuk nyoba yang di Pasar Gede karena lokasinya berhadapan dengan tempat sampah, seingetku Timlo Sastro memiliki cabang lain yang berada di ruko tapi maaf aku gak inget nama jalannya. Karena pak supir gak tau lokasinya akhirnya aku di bawa ke Timlo Maestro yang bertempat di sebuah pertokoan yang berada di pinggir jalan. Kalo rasa mungkin gak beda jauh tapi kalo porsi hehehe jauuuh cooy...

Selesai sarapan aku langsung minta dianter ke Pura Mangkunegaran. Pura yang dibangun tahun 1757 oleh Raden Mas Said atau Pangeran Sambar Nyawa masih sangat terawat sampe sekarang. Memasuki halaman yang besar terdapat sebuah gedung tua di sebelah kanan seperti benteng yang tidak terawat. Seperti memasuki obyek wisata lainnya kita harus membayar karcis masuk sebesar Rp. 15.000,- perorang. Kita bisa disediakan guide kalo mau dengan biaya sukarela atau bisa keliling sendiri. Dengan sok ingin mengetahui sejarah akhirnya kuputuskan untuk menggunakan guide. Gak lama setelah foto-foto di depan air mancur muncullah wanita kecil yang menyapa dengan ramah sekaligus berkenalan yang akan menjadi guideku.

Mungkin saking udah terbiasanya dan hafalnya sejarah beserta isi pura itu, mbak guide ini ngomongnya cepeeett bener...jadinya aku cuman bisa bengong antara denger gak denger dan ngerti gak ngerti hihi tapi aku berusaha untuk tetep banyak nanya untuk nunjukkin ketertarikanku. Bisa dibilang pura atau keraton ini sebagian besar isinya berasal dari luar negeri hasil dari network dari jaman dulu kali yee...gak cuman asia tapi juga eropa. Sampe dengan pendopo luar siy kita masih bisa foto-foto tapi begitu memasuki pendopo dalam kita gak dibolehin untuk foto. Kalo udah kayak gitu disaranin untuk diikutin aja ya...dengan melewati berbagai ruang sampe ke ruang belakang dan tamannya boleh dibilang keraton ini masih terawat dan indah mungkin karena Mangkunegaran IX yang saat ini bertahta masih menempati keraton tersebut.

Selesai berkeliling ke Keraton Mangkunegaran berikutnya adalah Keraton Kasunanan Surakarta. Memasuki wilayah keraton yang luas itu langsung disambut dengan pemandangan mobil-mobil tua dan kereta peninggalan jaman dulu. Keraton Kasunanan dengan Mangkunegaran sangat terasa perbedaannya. Tanpa mengurangi rasa hormat, Keraton Kasunanan ini kondisinya memprihatinkan dan tidak terawat.  Benda-benda peninggalan yang pastinya sangat berharga dipajang pada display kaca dengan pencahayaan yang kurang terang menimbulkan kesan kusam sekaligus menakutkan begitu juga dengan ruang-ruangnya.

Gak begitu lama aku berada disana, langsung menuju ke Kampung Batik Laweyan dan Kauman. Aku pribadi lebih suka ke Kauman karena deretan rumah-rumah tuanya yang masih terawat dan jalanan yang gak terlalu besar tapi rapih dan bersih sehingga kesan vintagenya kental banget. Di Kampung Kauman yang terkenal adalah Batik Gunawan Setiawan dan Batik Soga. Kalo kita kesana naik becak pasti dibawa ke salah satu dari tempat batik itu. Cuman kalo di Batik Gunawan mereka memiliki tempat pembuatan batik secara tradisional yang berada di belakang toko, bisa dilihat dan di foto terutama di hari-hari biasa sedangkan di hari Minggu tidak ada aktifitas.

Selepas dari kampung batik kita menuju ke Lokananta. Ada yang masih inget apa itu Lokananta? Reminder aja ya...Lokananta adalah perusahaan rekaman musik pertama di Indonesia milik negara. Dibangun tahun 1950 namun baru resmi dijadikan pabrik piringan hitam tahun 1956. Gedung yang berada di Jl. A.Yani ini memiliki luas +/- 2 ha dengan bangunan utama terdiri dari tempat recording sampe tempat penyimpanan piringan hitam sedangkan bangunan lain adalah studio musiknya yang guedee banggeeet...namun kurang terawat. Bener-bener sayang banget deh ngeliat kondisi kayak gitu..ingin rasanya menyadarkan para musisi Indonesia untuk turut menyumbangkan sebagian kecil dari penghasilannya yang besar-besar itu untuk ikut memelihara aset yang sangat berharga ini. Setelah puas keliling Lokananta dan hari sudah mulai agak gelap akhirnya aku mampir ke Resto Omah Sinten. Lokasi berada di depan Mangkunegaran dengan atmosfir yang kental dengan nuansa ke-Jawaan dan cukup nyaman. Omah Sinten bukan saja sebagai resto tapi juga ada tempat nginepnya lho..kalo untuk makanannya rasanya enak dan juga gak terlalu mahal dan kalo menu siy udah pasti menu Jawa yaa...setelah kenyang dan capek akhirnya aku pulang ke hotel.

Pagi hari aku bangun, setelah mandi aku berangkat dengan taxi yang sudah di charter dengan perhitungan +/- 3 lokasi yaitu Candi Cetho, Candi Sukuh dan Astana Giri Bangun aku dikenakan biaya sebesar Rp.400.000,- . Dan pagi ini aku sarapan Kupat Tahu..memang ada berbagai macam versi kupat tahu solo yang terkenal tapi karena takut kesiangan akhirnya aku makan di tempat yang sejalan dengan tujuanku... Kupat Tahu Cabang Nusukan. Dengan mematok harga Rp. 6.000,- untuk Kupat Tahu + Telor sedangkan yang biasa Rp. 5.000,- cukup membuat perutku kenyang sampai siang hari. Dan perjalanan pun dimulai...langsung menuju ke Candi Cetho. Melewati daerah Karang Anyar yang sejuk dan pemandangan yang hijau rasanya bikin tenang  deh...tapi jangan tanya tentang countur tanahnya yang nanjaaaakkk terus, walaupun emang indah pemandangannya tetep aja bikin ngeri....

Berada di ketinggian 1400 m dari permukaan laut, candi ini memang terasa berbeda. Begitu keluar dari mobil, berasa banget dinginnnyaaaa...FYI kalo kesana jangan lupa bawa baju anget ya...karena dinginnya itu sampe bikin pusing kepala. Candi yang pertama kali di rekonstruksi tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda memiliki 9 tingkatan berundak yang tiap arasnya memiliki perbedaan. Tapi satu hal yang pasti, aku belum pernah liat ada candi yang memiliki arca berbentuk ( ssst maaf ya.. kelamin laki-laki ) dan disini bisa diliat pada aras ketiga dengan batu yang ditata mendatar di tanah berbentuk kura-kura dengan panjang +/- 2 m dan alat kelamin laki-laki dengan hiasan piercing. Sedangkan aras ke sembilan terdapat bangunan berbentuk kubus untuk tempat pemanjatan doa. Menurut penjaganya, candi ini dengan kesembilan arasnya adalah langsung menghadap ke arah kiblat. Tapi karena udah gak tahan dengan dinginnya akhirnya aku buru-buru turun aja.
Niat awal yang tadinya mau ke Candi Sukuh akhirnya batal karena menurut supirnya waktunya gak akan cukup. Akhirnya kupilih ke langsung ke Astana Giri Bangun. Menuruni jalan menuju ke astana aku melihat ada satu tempat yang menarik. Ada rumah teh Ndoro Dongker yang berlokasi di tengah perkebunan teh di daerah Kemuning, Karang Anyar. Enak deh suasananya..kita bisa minum teh di tengah cuaca sejuk dengan pemandangan perkebunan teh. Mereka juga menyediakan makanan dan cemilan sebagai teman minum teh. Ada juga dijual teh dalam bentuk kemasan kecil yang bisa dijadikan oleh-oleh seperti green tea dan black tea, setelah beli beberapa bungkus akhirnya aku jalan lagi deh ke Astana Giri Bangun.

Astana Giri Bangun adalah komplek pemakaman keluraga dari Bpk. H.M.Soeharto ( presiden kedua RI ) yang berada di daerah Matesih, Karang Anyar. Berada di atas bukit namun dibawah Astana Mangadeg yang merupakan tempat pemakaman Pangeran Samber Nyawa. Memiliki bangunan yang sangat luas dengan Cungkup Argosari sebagai ruangan utama tempat disemayamkannya Bpk. Soeharto beserta Ibu Tien dengan Kijing Makam yang terbuat dari marmer putih. Dan kalo udah berada di dalam Argosari ini kita gak dibolehin foto kecuali menggunakan jasa foto langsung jadi yang berada disana dengan biaya Rp. 20.000,- . Setelah memanjatkan doa dan foto-foto sedikit akhirnya aku jalan lagi deh menuju pulang. Badan yang sangat capek dan ngantuk akhirnya bisa ngalahin rasa laperku yang akhirnya baru kerasa setelah jam 4an baru makan siang. Dan siang itu terbayar dengan makan di Dapur Solo yang berlokasi di deket Stasiun Purwosari. Rumah Makan dengan sistem prasmanan ini menyediakan beragam lauk pauk dan juga cemilan. Kenyaaang bangeet.....
 Hari terakhir di Solo udah niat pingin pergi ke Pasar Gede pagi-pagi banget sekalian cari sarapan..katanya ada Nasi Liwet yang enak dan terkenal disana. Awalnya agak bingung nyari lokasinya karena pagi hari ke pasar pasti rame banget walaupun itu hari kerja biasa. Tapi akhirnya ketemu juga...dengan mengambil tempat di pojok bangunan yang berada di seberang Pasar Gede..Ibu Sri membuka lapaknya yang gak terlalu besar tapi cukup rame...hanya tersedia dua kursi panjang yang diletakkan persis di depan Ibu Sri, jadi kita bisa langsung liat gimana Ibu Sri berjualan dan menata jualannya.

Ada satu bangunan yang menarik perhatianku yang terletak di deretan pertokoan di deket bangunan inti Pasar Gede, yaitu ada sebuah klenteng yang jujur aku lupa namanya. Bangunan yang sangat menyolok karena di cat dengan warna merah berikut ornamen bergaya china. Bangunan itu sendiri tidak terlalu besar tapi sangat indah, bersih dan detail banget. Awalnya agak takut-takut untuk masuk jadi cuman ngintip dari luar aja, tapi karena lama-lama tambah penasaran akhirnya aku beranikan diri untuk bertanya sama penjaga klenteng tersebut. Seorang bapak berperawakan gendut dan pendek menyambutku dan mempersilahkan aku untuk masuk. Malah beliau dengan sopan menyuruhku untuk lebih masuk kedalam, melihat-lihat isi bangunan tersebut dan membiarkanku mengabadikan beberapa spot sementara beliau memulai berdoa pagi.
Bergegas pulang ke hotel karena sudah mendekati waktu untuk pulang. Tiba di hotel, mandi dan membereskan travel bag dan check out. Taxi sudah menungguku di lobby dan langsung menuju ke Airport. Dan akhirnya perjalananku ke kota Solo haru berakhir hari itu dengan membawa banyak kenangan dan pengalaman yang tidak akan kulupakan. Sampe ketemu di trip berikutnya yaaa..

No comments:

Post a Comment